Aku Sebut 2018-ku sebagai My Turning Point

foto: pexels.com
Sudah memasuki hari ke 22 di tahun 2019, di awal tahun, di bulan Januari.

Belum terlalu terlewat untuk membicarakan soal resolusi 2019. Masih banyak yang membicarakannya, bahkan masih ada yang baru memulai memikirkannya. Atau ada juga yang sudah memulai langkah pastinya.

Tapi membicarakan tentang resolusi 2019, sepertinya sudah pernah aku ceritakan di sini. Jadi sekarang membahas tentang masa lalu saja. Masa lalu yang belum terlalu lama. Masa lalu yang paling dekat. Yaitu tentang 2018.

2018, tahun di mana ada banyak sekali kejutan dan hal-hal tak terduga terjadi dalam hidupku. Meskipun kenyataannya, semua yang terjadi itu bukanlah apa yang aku rencanakan dan aku jadikan resolusi di awal tahun 2018. Alias, ya, resolusiku di awal 2018 hanya sekedar wacana, sama seperti tahun-tahun sebelumnya.

Oke, cerita di mulai dari keluarga. Nggak ada perubahan besar dalam keluarga. Anak masih satu, belum nambah. Hanya makin gede saja dan makin banyak maunya hehe. Plus 2018 sudah mulai memikirkan untuk memasukkan anak ke sekolah. Mulai memikirkan bakalan bayar uang sekolah tiap bulan. Itu artinya harus mulai ada anggaran khusus dan nggak bisa lagi beli ini itu sesuka hati. Oke, fix, tahun 2018 adalah tahun mulai menabung.

Lanjut ke karir. Sebenarnya malu mau ngomongin karir. Secara selama 3 tahun terakhir menjadi ibu rumah tangga. Nggak ada pekerjaan di luar rumah, nggak lagi ngerasain pakai seragam dan sepatu. Yang ada, pakainya daster. Mana mungkin aku sebut ini karir?

Tapi well, nyatanya aku bisa berpenghasilan meskipun aku hanya di rumah. Iya, aku seorang leader di sebuat komunitas bisnis. Di tahun 2018, aku memiliki semakin banyak anggota tim yang membantu penjualanku. Dari sini, paling tidak penghasilanku sudah sedikit meningkat. Lebih banyak daripada saat aku menjadi guru honorer dulu. Alhamdulillah.

Dan, ada satu lagi karir yang aku mulai di tahun 2018. Karir yang tidak pernah aku impikan tapi dulu pernah aku cita-citakan. Aku mulai masuk ke dunia literasi lewat sebuah tantangan menulis artikel selama 30 hari yang diadakan oleh sebuah komunitas menulis. Di akhir tantangan, aku berhasil menjadi pemenang dan tentu saja mendapat hadiah berupa uang. Alhamdulillah, aku bisa berpenghasilan lewat jalan rezeki yang lain. Dan kali ini pekerjaanku adalah hal yang aku gemari, yaitu menulis.

prestasi pertamaku di dunia menulis ;)
Jangan tanya bagaimana rasanya! Sudah pasti aku senang karena ternyata hobiku sedari kecil itu tersalurkan ditambah aku mendapat keuntungan dari sana. Semakin semangat menulis dan semakin ingin berkarya lebih. Alhamdulillah lagi, komunitas tersebut terus memberi kesempatan untuk menulis. Hingga sudah puluhan artikelku terbit di media online tersebut dan menjadi sumber penghasilanku selanjutnya.

Selanjutnya adalah, 2018 adalah tahun di mana aku kembali menulis di blog. Kembali? Iya, aku pernah memiliki blog saat awal masuk kuliah. Blog yang waktu itu hanya untuk iseng-iseng, nulis-nulis sembarangan dan akhirnya lupa password hingga nggak bisa dibuka lagi. Akhirnya bikin blog lagi tanpa sebelumnya ngerti bakalan ada keuntungan apa dari sebuah blog.

Ternyata nge-blog itu asyik. Ketemu dengan banyak blogger, berbagi info tentang job menulis, dan satu lagi yang paling asyik, yaitu bisa ikut banyak lomba menulis. Terlepas dari seberapa banyak hadiah yang disediakan dari penyelenggara, aku hanya ingin menjadi konsisten menulis di blog. Menyimpan semua karyaku di sini, agar kelak masih bisa dilihat banyak orang meski aku tidak lagi ada :)

Masih tentang karir menulisku di tahun 2018. Aku semakin banyak menulis dan semakin banyak pula hasil yang aku dapatkan dari situ. Dengan menjalankan dua pekerjaanku ini, aku masih bisa mendapat penghasilan rutin meskipun hanya di rumah. Tak peduli sebutan penggangguran yang melekat padaku.

Inilah kenapa aku sebut tahun 2018 sebagai my turning point, titik balikku.

Karena 2018 adalah awal aku merasakan benar-benar menikmati peranku sebagai ibu rumah tangga. Setelah sebelumnya aku harus sering mendengar perkataan orang yang membicarakanku karena aku tidak bekerja. Karena aku dianggap menyia-nyiakan ijazahku yang telah susah payah aku dapatkan.

Setelah sebelumnya aku sempat bimbang untuk kembali bekerja atau tidak. Di 2018, aku telah bisa membuktikan bahwa uang tidak hanya bisa diperoleh dengan bekerja di luar. Aku tetap bisa merasakan gaji tanpa harus meninggalkan anakku seharian penuh. Ternyata Allah tidak kehabisan jalan untuk mengalirkan rezeki pada hambaNya.

Dan kejutan terbesar datang di detik-detik akhir pergantian tahun ke 2019. Iya, aku dan suami tepatnya, kami mendapat kabar bahagia pada malam tahun baru. Suamiku dinyatakan lulus CPNS. Akhir tahun yang luar biasa. Dan 2018 yang tak terlupakan.

Aku juga sebut ini sebagai my turning point. Karena sebelumnya kami memang belum dipercaya untuk mendapat amanah rezeki yang banyak. Kami memang belum bisa membangun rumah sendiri dan masing tinggal bersama orangtua. Kami juga sering dibilang hanya mengandalkan kepunyaan orangtua tanpa bisa berusaha sendiri.

Dan 2018 adalah jawabannya. Kami akhirnya diberi kesempatan untuk mengemban amanah ini. Kepercayaan dan rezeki dari Allah. Kami mensyukurinya. Sangat mensyukurinya. Itu artinya kami harus siap untuk kehidupan yang lebih membutuhkan perjuangan. Semoga Allah memberi kami kekuatan. Aamiin.

Salam,

Post a Comment

0 Comments