Suami dan istri dalam sebuah bangunan rumah tangga memang sudah memiliki peran masing-masing. Baik hak dan kewajiban sudah diatur jelas di dalamnya. Istri melayani suami dan suami yang bertanggung jawab atas istri. Peran tersebut sudah sangat umum dipahami oleh semua orang.
Dalam agama, kedudukan suami dan istri juga sudah sangat jelas diatur. Namun, selama menjalani hubungan pernikahan yang tidak terjadi dalam waktu singkat, kedua suami dan istri harusnya bisa menyesuaikan peran sesuai dengan keadaan yang ada. Tetap dengan memegang prinsip tentang peran keduanya, peran lain pun tetap bisa dijalankan untuk menghadapi situasi yang mungkin berbeda.
foto: pexels.com |
Sebagaimana peran sahabat yang selayaknya selalu hadir dalam setiap kesempatan, suami dan istripun juga bisa menjalani peran ini. Setelah berumah tangga mungkin hubungan dengan sahabat di luar sana, teman kuliah atau teman kerja bisa saja renggang dan terbatas. Maka pasanganlah sahabat terdekat saat sudah memasuki fase pernikahan.
Menjadi sahabat bagi pasangan artinya adalah kesiapan untuk selalu ada dan bersedia mendengar apapun yang dikeluhkan yang lain. Pun menjadi pemberi nasihat apabila diperlukan. Dengan menjadi sahabat bagi pasangan ini bisa meminimalisir kemungkinan pasangan mencari perhatian orang lain di luar sana. Karena sudah merasa sangat dimengerti oleh pasangan sendiri, maka suami dan istri bisa merasa tidak perlu untuk berbagi cerita dengan orang lain.
foto: pexels.com |
Memang benar, suami dan istri adalah rekan hidup dalam waktu yang sangat lama, selamanya. Menikah bukan tentang suami dan istri hanya melakukan apa yang sudah menjadi tugas utamanya. Menjadi pasangan yang bisa saling membantu tentu akan meringankan beban salah satunya.
Sederhana saja, suami bisa sesekali membantu istri mengerjakan pekerjaan di dapur atau membereskan rumah. Menjadi rekan bukankah tidak ada perbedaan tugas yang harus diselesaikan masing-masing? Bukankah membantu sama lain akan lebih mengeratkan hubungan tersebut?
foto: pexels.com |
Seperti halnya saat menjadi sahabat dan rekan, kedua suami istri juga bisa menjadi teman asyik dalam melakukan sesuatu hal yang menyenangkan. Tidak masalah saat keduanya menggemari satu hal yang sama. Mungkin akan ada sedikit masalah jika ternyata keduanya berbeda sangat jauh.
Tidak terlepas dari perbedaan keduanya tersebut, beda karakter, beda pembawaan, termasuk beda kebiasaan dan kegemaran, pun tidak ada salahnya saling mengenal apa yang menjadi kesenangan masing-masing. Siapa tahu bisa menemukan hal menyenangkan lain yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Siapa tahu juga bisa merasakan kebahagiaan yang sama hingga akhirnya menyenangi hal yang sama pula. Dan bayangkan semua itu akan menjadi sangat menyenangkan.
foto: pexels.com |
Siapa yang akan pertama kali memberi masukan saat salah satu sedang membutuhkan pertimbangan? Pasti adalah pasangan. Berkomunikasi seperti ini akan membuat kedua suami istri merasa saling dibutuhkan satu sama lain. Juga sangat perlu menjaga kebiasaan semacam ini, kebiasaan saling terbuka agar tidak ada hal yang disembunyikan atau malah memilih membagikannya kepada orang lain.
foto: pexels.com |
Tidak ada pernikahan yang berjalan sangat mulus selama puluhan tahun tanpa satupun permasalahan yang mungkin bisa menyebabkan kedua suami istri tidak akur. Hal ini wajar dan sangat lumrah terjadi. Mengingat memang menikah artinya hidup dengan orang yang memiliki banyak perbedaan dengan diri sendiri.
Banyak momen manis selama menikah, namun tak jarang juga harus bertemu dengan sesuatu yang seolah menjadikan suami dan istri menjadi berlawanan, berseberangan. Merasa benar sendiri dan bersikukuh mempertahankan pendapat. Itulah kenapa dalam pernikahan, pasangan juga harus bersedia belajar seni mengalah. Agar apapun yang menjadikan keduanya sebagai lawan, akan berbalik menjadikan keduanya semakin kuat dalam mencintai.
foto: pexels.com |
Pasangan adalah orang pertama yang pasti dan harus tahu apaa yang sedang terjadi pada salah satunya. Saat bahagia maupun saat sedang dalam kesedihan. Saat bahagia, pasanganlah yang pertama kali turut berbahagia. Maka saat dalam masalah, pasangan juga yang pertama kali akan menjadi penghibur.
Meskipun pasti ada masa di mana keduanya berada pada kondisi yang sama. Sama-sama berada dalam kesedihan, namun mengingat kembali akan masa-masa awal saling jatuh cinta akan semakin menguatkan perasaan saling memiliki.
Menikah adalah ibadah terlama, perjalanan terpanjang yang hanya akan berakhir sesuai kehendak Tuhan. Untuk melalui yang terlama itulah sangat perlu banyak ilmu dan penguasaan diri yang matang agar perasaan tidak mudah goyah saat berada dalam masa sulit. Pun mengingat kembali apa tujuan pernikahan yaitu untuk menjaga diri dan sebagai bentuk ketaaatan sebagai makhluk Tuhan, akan menjadikan segala sesuatu menjadi lebih mudah dijalani bersama pasangan.
foto sampul: pexels.com
*postingan ini diikut sertakan dalam One Day One Post bersama Estrilook Community
0 Comments