Sakit Hati itu Karena Kita Mengizinkan Orang Lain dan Keadaan untuk Menyakiti Hati Kita

source: Pixabay

Sakit hati biasanya identik dengan perasaan cinta. Ditolak cintanya oleh seseorang yang diharapkan, sakit hati. Sudah menjalin hubungan lalu salah satu ada yang mendua, pasti juga sakit hati. Bahkan yang sudah resmi menikah lalu dikhianati, apa lagi yang dirasakan kalau bukan sakit hati.

Ternyata sakit hati bukan hanya akan dirasakan dalam hal percintaan. Di kehidupan sosial, rasa tak menyenangkan itu juga sangat rentan terjadi. Mendapat perlakuan nggak menyenangkan dari orang lain, sakit hati. Mendengar omongan pedas dari tetangga, sakit hati juga. Dikucilkan, nggak dianggap, dihina juga pasti bikin sakit hati.

Apa sih Sakit Hati itu?

Semua orang pasti bisa menjelaskan dengan mudah ketika datang pertanyaan itu. Semua orang pasti akan memberikan jawaban yang seragam bahwa sakit hati itu sama dengan kekecewaan. Rasanya pasti nggak enak, menyakitkan dan bikin sedih. Belum lagi, sakit hati juga bisa memicu kemarahan, mulai dari kemarahan level rendah sampai level paling menakutkan.

Intinya, siapapun nggak pernah ingin sakit hati sebenarnya. Karena itu bukan perasaan yang bisa bikin nyaman. Sayangnya, lebih banyak orang nggak mampu menghindari rasa sakit hati itu. Padalah kenyataannya, sakit hati bisa dicegah dan dihindari. Sebelum membahasnya, kita bicara dulu soal pemicu sakit hati.


Apa Penyebab Sakit Hati?

Semua orang juga pasti bisa menjawab dengan tepat ketika ada pertanyaan, apa yang bisa menyebabkan sakit hati? Jawabannya, tentu saja karena ada sesuatu yang mengecewakan. Ada sesuatu hal yang terjadi namun nggak aslinya hal itu nggak diinginkan.

Selain karena suatu hal yang nggak sesuai harapan, sakit hati juga katanya bisa timbul karena sikap orang lain. Siapa yang nggak sakit hati ketika dihina? Siapa yang nggak sakit hati ketika dikhianati? Ditolak? Atau dikecewakan? Semua itu adalah perbuatan yang bisa saja datang dari orang lain. Lalu saat menerimanya, kita akan marah, sedih dan menyalahkan orang tersebut.


Bagaimana Cara Menghindari Sakit Hati?

Sebenarnya, sakit hati nggak akan terjadi kalau kita tahu bagaimana cara menghindarinya, mencegah dan menjauhinya. Memang iya, penyebab sakit hati umumnya datang dari luar, dari keadaan dan dari orang lain. Kita terlihat nggak punya kuasa untuk mengatur apa yang akan terjadi. Benar, memang kita nggak akan mampu menghalau apapun yang datang dari luar. Tapi bukan itu cara untuk menghindari sakit hati.

Diri kita, perasaan dan hati kita ada dalam kendali kita. Itulah yang menjadi cara untuk mencegah sakit hati. Hati kita, kita sendiri yang pegang kendali. Maka jangan biarkan hati itu terluka dan tersakiti oleh keadaan dan orang lain. Saat kita mengizinkan pengaruh dari luar menorehkan luka di hati, ya sakit hati itu yang pasti akan terjadi.

Perasaan kita, kita juga yang hanya bisa menguasainya. Jangan biarkan apapun keadaannya dan siapapun orangnya mengambil alih kuasa itu. Hanya kita yang berhak mengatur perasaan. Saat kita membiarkan orang lain menguasai perasaan kita, apa lagi yang mudah terjadi kalau bukan sakit hati.

Intinya adalah, jangan pernah memberi izin siapapu dan apapun untuk menjadi penguasa hati dan perasaan kita. Kitalah yang punya kendali sepenuhnya, maka kendalikan. Jangan biarkan kendalinya lepas lalu terbawa pengaruh dari luar. Kalau saja pengaruhnya baik maka nggak masalah. Yang repot adalah ketika pengaruhnya buruk dan itu berisiko menimbulkan perasaan nggak enak, sakit hati, sedih dan marah.


Sulitkah Mengendalikan Hati dan Perasaan?

Bisa jadi terdengar sulit. Karena sifat manusia biasanya akan merespon segala sesuatu secara natural terhadap kondisi tertentu. Maksudnya, ketika ada yang menhina, jelas marah. Ketika ada yang mengecewakan, jelas sakit hati. Ketika ada yang mengkhianati, otomatis sedih.

Saatnya yang natural dan otomatis itu kita ubah. Kita ubah pengaturan hati dan perasaan kita menjadi otomatis tenang dan baik. Karena sesungguhnya, fitrah hati semua manusia itu baik. Jika ada yang nggak baik, itu pasti karena bisikan setan.

Memang nggak bisa serta merta bisa mengatur hati selalu jadi baik dan tenang. Butuh proses belajar yang lama. Butuh proses pembiasaan yang nggak sebentar. Bahkan butuh latihan yang berkali-kali. Maksudnya, latihan disakiti dan dikecewakan berulang kali hingga kita akhirnya berada dalam tahap nggak lagi mempan kalau ada yang melukai. Istilahnya, hati dan perasaan kita akan kebal.


Bagaimana untuk Membiasakannya?

Masih terdengar sulit juga? Tenang. Semua masalah di dunia ini selalu hadir sepaket dengan solusi dan cara penyelesaiannya. Seperti untuk masalah sakit hati ini, ada cara untuk latihan mencegahnya. Namun pastikan diri kita telah lebih dulu mau membuka hati untuk tetap melanjutkan membaca postingan ini dan menemukan cara membiasakan hati agar tetap tenang dan baik. Baik, sudah siap ya?

Nggak ada cara membiasakan hati agar tenang selalu selain hanya dengan berharap pada Allah, pada Tuhan yang kita imani. Jawabannya sebenarnya selesai sampai di sini. Namun nggak afdol rasanya kalau nggak dijelaskan. Ya nggak sih?

Sudah pernah dengan nasihat Ali bin Abi Thalib yang berbunyi, "Sepahit-pahitnya harapan adalah berharap pada manusia". Alhamdulillah kalau sudah pernah bahkan berkali-kali mendengar. Jika ini baru pertama kali tahu, bersyukut juga karena akhirnya ada yang memberi tahu.

Dari nasihat di atas kita harusnya sudah sangat paham bahwa nggak ada tempat berharap yang menjamin kepastian selain hanya berharap pada Allah. Berharap pada manusia? Siap-siap saja untuk kecewa. Menggantungkan kepercayaan pada manusia? Selalu ada kemungkinan untuk dikhianati.

Sebaik apapun manusia itu, setinggi apapun ilmu orang tersebut, tetap dia bukan tempat yang seharusnya menjadi tujuan kita dalam berharap. Pun sedekat apapun kita dengan seseorang, tetap tempat untuk menggantungkan harapan paling tepat adalah hanya kepada Allah. . Nggak ada pilihan lain dan jangan coba-coba mencari pilihan lain.

Saat kita benar-benar bisa berharap hanya pada Allah, maka hati kita akan selalu diliputi ketenangan. Karena Allah nggak pernah ingkar janji. Jauh beda sama manusia ciptaanNya yang ingkar janji adalah hal yang mudah dilakukan.

Saat kita hanya bergantung pada Allah, kita nggak akan peduli dengan penilaian manusia. Bagi kita yang demikian, penilaian orang lain nggak akan membawa pengaruh. Jadi seburuk apapun omongan orang lain, kita nggak akan sampai memasukannya dalam hati dan dibuat sedih karenanya. Sebab apa? Sebab yang menjadi fokus kita adalah penilaian Allah, bukan penilaian makhluknya yang bahkan belum tentu mendapat penilaian baik juga dari Allah.

Saat kita sudah percaya pada Allah, maka kita juga percaya bahwa apapun yang ditakdirkanNya adalah yang terbaik untuk kita. Kita akan percaya Allah nggak akan membiarkan kita jatuh dalam luka dan kesedihan. Kita akan percaya bahwa apapun masalahnya itu adalah cara Allah untuk menyayangi kita. Setelahnya, hati kita akan lebih ikhlas dan mudah menerima kenyataan.


Apa Kesimpulan Akhirnya?

Sakit hati memang manusiawi, tapi kita punya kuasa penuh untuk mencegahnya. Caranya adalah dengan nggak mengizinkan orang lain dan keadaan melukai perasaan kita. Jangan pernah beri kesempatan siapapun dan apapun merusak hati dan perasaan kita.

Hati ini ada dalam tubuh kita, Allah telah mempercayakannya pada kita, maka kita juga harus bisa menjaganya. Karena nggak mungkin mengandalkan orang lain untuk menjaga hati kita. Itu pasti sangat sulit.

Selama yang menjadi fokus kita adalah penilaian Allah, kita akan mampu buat nggak mempedulikan apapun yang berusaha menghancurkan perasaan kita. Yang akan tertinggal hanyalah perasaan tenang, bahagia, menerima dan ikhlas. Nggak ada lagi kecewa, sedih, marah dan sakit hati.

Salam,

Post a Comment

0 Comments