Zaman Makin Modern, Keutamaan dan Nilai Silaturahmi Turut Bergeser


Hari raya Idul Fitri akan kita temui dalam beberapa hari lagi. Agenda yang paling utama saat hari raya Idul Fitri adalah bersilaturahmi dengan keluarga, kerabat, teman dan saudara. Silaturahmi ini menjadi agenda penting saat hari raya Idul Fitri karena bagi sebagian orang, bertemu dengan kerabat dan saudara hanya bisa dilakukan di hari raya ini. Selebihnya, waktu sudah dihabiskan untuk bekerja dan bahkan di perantauan.

Bersilaturahmi bermaksud untuk menjalin persaudaraan dan pertemanan. Menjaga tali silaturahmi ini juga menjadi salah satu ajaran yang diperintahkan dalam agama Islam, dengan semua keutamaan yang menyertainya. Keutamaan menjalin silaturahmi ini antara lain untuk memperpanjang umur dan meluaskan rezeki.

Karena merupakan perintah yang dianjurkan, maka memutus silaturahmi juga menjadi hal yang paling dilarang dalam agama Islam. Hal ini dikarenakan sesama manusia dan umat Islam khususnya adalah seperti saudara. Sehingga memutuskan tali silaturahmi sama dengan memutus hubungan persaudaraan.

Seiring perkembangan zaman yang semakin modern dan serba canggih, nilai dan keutamaan silaturahmi tidak lagi sama seperti dulu. Terlebih saat ini generasi milenial selalu memiliki cara sendiri untuk melakukan apa saja yang jelas berbeda dengan cara yang dilakukan orang tua zaman dulu. Kebiasaan yang lebih cenderung ke arah serba praktis dan berhubungan dengan modernitas inilah yang menyebabkan nilai silaturahmi makin bergeser.


Silaturahmi Lewat Gadget

sumber foto: pexels

Di masa sekarang ini, siapa yang tidak memiliki gadget? Mulai dari anak-anak hingga orang tua mengenal gadget dan bahkan memilikinya masing-masing. Ditambah dengan semakin meluasnya jaringan internet dan munculnya banyak fitur serta aplikasi pada perangkat ponsel dan menjadikannya disebut sebagai ponsel pintar. Perangkat tersebut diklaim bisa membantu memudahkan hidup manusia di zaman yang serba praktis ini.

Kemudahan tersebut nampaknya juga berdampak pada silaturahmi. Kini, silaturahmi tidak mengharuskan kedua belah pihak bertemu dan bertatap muka secara langsung bahkan berjabat tangan. Karena semua telah bisa dilakukan melalui gadget dengan mengirim pesan singkat melalui berbagai aplikasi.

Saat ini sudah sangat umum orang mengucapan selamat hari raya Idul Fitri serta memohon maaf hanya melalui pesan singkat. Cara inipun sebenarnya memudahkan bagi mereka yang berjauhan dan tidak mungkin saling bertemu. Namun nilai silaturahmi yang identik dengan kedekatan menjadi berubah karena trend teknologi.


Silaturahmi sebagai Ajang Pamer

sumber foto: pexels
Saat hari raya, umumnya menjadi momen berkumpulnya sebuah keluarga besar atau pertemuan dengan kawan lama. Biasanya silaturahmi juga berwujud reuni yang juga biasanya dilaksanakan saat hari raya Idul Fitri. Agenda ini menjadi saat bertemu dengan banyak orang yang di hari biasa sulit atau bahkan tidak bisa bertemu.

Karena harus bertemu banyak orang inilah, setiap orang pasti ingin tampil maksimal. Maka tak heran jika saat silaturahmi selalu dipilih pakaian terbaik, terbaru dan kalau bisa bernilai mahal. Tidak hanya pakaian, semua yang dibawa dan dipakai juga menjadi hal yang diperhatikan.

Dengan adanya kondisi ini, nilai silaturahmi sebagai ajang untuk mempereat jalinan persaudaraan menjadi berubah sebagai ajang pamer. Entah itu pamer penampilan atau pamer kemampuan diri. Meski secara tidak langsung terucap dan diniatkan, silaturahmi kini lebih mirip seperti momen untuk menunjukkan kebisaan masing-masing.


Silaturahmi bahkan Dihindari

sumber foto: pexels
Bertemu dengan keluarga besar di hari raya kadang menyelipkan sebuah perasaan tidak nyaman. Perasaan tersebut bisa muncul karena kekhawatiran akan pertanyaan yang mungkin terlontar dari keluarga atau teman. Inilah yang membuat nilai silaturahmi bukan lagi sebagai pertemuan yang membawa keberkahan, melainkan menjadi satu waktu yang bisa menakutkan bagi beberapa orang.

Saat bertemu dengan banyak orang, tentu akan mungkin banyak pertanyaan dari mereka. Misalnya saja pertanyaan yang umum yaitu "kapan menikah?". Pertanyaan pendek dan sederhana ini bisa terdengar menyesakkan bagi mereka yang tak kunjung menemukan jodoh bahkan setelah lebaran berikutnya tiba.

Tak hanya satu pertanyaan itu, pertanyaan lain juga bisa menyisakan kegelisahan. Misalnya saja,

"Kerja di mana sekarang?". Orang yang belum mendapatkan pekerjaan dan penghasilan tetap bisa saja merasa rendah diri karena pertanyaan tersebut.

"Kapan punya anak?". Orang tua yang sebenarnya sudah berusaha namun belum juga diberi karunia tersebut bisa menjadi terluka hatinya.

"Kapan lulus kuliah?". Anak muda yang mungkin sedang dalam kesulitan di pendidikannya bisa jadi terganggu dengan pertanyaan seperti itu.

dan masih banyak contoh pertanyaan lain yang mungkin bagi si penanya terkesan biasa, namun bagi yang mendapat pertanyaan bisa menjadi ketidaknyamanan dan berakibat menghindari silaturahmi.

Seperti itulah masa perlahan menggeser nilai dan keutamaan silaturahmi. Maka jika kita sudah menyadarinya, alangkah baiknya mengembalikan nilai silaturahmi yang sebenarnya agar keberkahan bisa diraih, dan justru bukan hal lain yang didapat.

Salam,


Post a Comment

0 Comments